Jumat, 16 April 2010

chapter #002


Seminggu kemudian, kami datang lagi ketempat itu.  Didepannya, ada sebuah papan besar yang ditempeli kertas. Banyak orang yang bedesakan. Aku memberanikan diri untuk mendekati papan itu. Begitu dekat dengan papan, perhatianku langsung tertarik dengan salah satu kertas berisi pengumuman audisi.
“peserta yang lulus audisi adalah: kwon hana, kim yuuri, dan hwa seul ki.”
Aku terkejut sekaligus kecewa melihat berita tersebut. Tadinya, kupikir aku bisa mewujudkan cita citaku sebagai penyanyi.  Lalu, orang yang kemarin mengajak kami audisi datang dan berlari kearah kami.
“hey, selamat ya, kalian lulus audisi…” katanya.
“hah? Nggak kok, disitu yang tertulis lulus Cuma 3 orang..” balas hanee.
“yang tertulis memang Cuma 3 orang. Tapi kalian juga lulus audisi. Para juri ingin aku memberitahu kalian supaya kalian tidak usah capek dan berdesakan. Tapi… aku telat datang. Maaf ya.”
“jadi, kami lulus?” tanyaku setengah tak percaya.
“iya, kalian datang lagi kesini besok. Kalian akan kenalan dengan 3 personil lainnya. Dan lusanya kalian akan mulai masa training. Sebelumnya, kenalkan, namaku park hyun ki.” Jelasnya sambil memperkenalkan diri.
“aku el rii, dia hanee” kataku.
Kami berpisah setelah memperkenalkan diri masing masing. Kami membicarakan tentang masa training kami nanti.
“hanee, menurutmu siapa yang akan jadi leader nanti?” tanyaku padanya.
“hmm…, pasti kamu deh..” jawab hanee.
“loh? Kok aku?”
“hahaha, iyalah, secara kamu tuh dewasa, kalo ngomong ga asal ngomong, pinter, bisa mimpin, tegas, dan galak. Bukannya ngeledek ya, tapi kamu emang galak dan cocok banget jadi leader…”
“tapi hanee kan cantik, lebih dewasa dari aku soalnya aku sering kali kekanak-kanakan, hanee juga pinter, suara hanee bagus. Pokoknya masih banyak lagi yang membuat kamu pantas jadi leader”
“yah, kita kan belom tau 3 orang sisanya…, kita diem aja dulu.”
Obrolan asik kami membuatku tak sadar kalau kami sudah sampai dirumah. Begitu sampai aku langsung merebahkan tubuhku di kamar.  Sambil tiduran, aku membayangkan apa saja yang akan terjadi jika aku sudah jadi artis nanti. Apakah aku punya banyak fans nantinya? Atau malah memiliki banyak anti fans? Menurut logikaku, antifans muncul karena perilaku yang  tidak baik. Mungkin beberapa dari mereka ada yang cemburu, tapi tidak banyak. Aku pernah melihat sebuah site antifans dan kebanyakan dari mereka adalah anti yang logis, contohnya safer. Mereka adalah anti yang “civil” dan tidak sembarangan. Jika mereka berkata sesuatu, itu karena mereka punya buktinya. Ah! Untuk apa aku berpikir tentang anti? Mulai training saja belum…, aku belum perlu pusing untuk itu. Aku berkata dalam hati
“bagaimanapun, antifansku muncul karena sifatku yang tidak baik, jadi aku hanya harus menjaga sifat, sudahlah, aku belajar saja…”
Aku mulai membaca buku, untuk sebuah buku pelajaran, buku yang kubaca ini lumayan tebal. Aku terus membacanya lembar demi lembar hingga tanpa kusadari aku tertidur diatas bukuku. Tertidur diatas buku bukanlah hal yang jarang buatku. Aku hampir melakukannya setiap membaca buku. Yah, mungkin saking bosannya. Begitu keluar kamar, kulihat hanee sudah rapi, dia sedang menyiapkan sarapan untuk kami berdua. Tumben sekali hanee bangun pagi, biasanya dia yang paling sulit bangun…
“apa yang kau lakukan? Cepat mandi dan siap-siap!” perintahnya.
Aku tidak ingin mencari masalah, jadi, aku bergegas ke kamar mandi dan rapi-rapi. Lalu menyusul hanee yang sudah melahap sarapannya. Begitu sarapan kami habis, kami langsung berjalan menuju tempat audisi kami. di gerbang, aku melihat 4 orang, 3 perempuan, 1 laki laki. Meskipun jauh, aku bisa melihat kalau salah satu dari mereka adalah hyun ki.
“nah, el rii, hanee, perkenalkan, ini hana, ini yuuri, dan ini seul ki. Aku harap kalian dapat bekerja sama dengan baik…” katak hyun ki begitu kami mendekatinya.
“annyeong onii, mohon kerjasamanya.” Kataku dan hanee sambil membungkuk.
“umurmu berapa dongsaeng?” Tanya salah satu dari mereka yang kalau tidak salah namanya hana.
“aku kelahiran 88, dia juga” jawabku sambil menunjuk hanee.
“wah! Kukira kau ini kelahiran 93! Ternyata kalian lebih tua dari kami ya…” kata gadis berambut lurus yang bernama seul ki.
“untuk sebuah awal yang bagus bagaimana kalau kita ke kafe?” ajak perempuan yang memiliki mata hitam seperti eyeliner yang bernama yuuri.
“ayo…” kata kami bersamaan.
Kami menuju kafe terdekat. Pada awalnya, kami diam saja. Mungkin karena baru kenal, kami belum berani menegur satu sama lain. Tapi ketegangan itu segera berakhir ketika hana mulai bertingkah lucu  dengan berkata keras.
“ya ampun! Aku lupa mengerjakan pr!”
Kami tertawa. Sebelumnya aku kira dia adalah orang yang pikirannya dipenuhi berbagai hal, ternyata dia ini sangat polos. Melihat kami tertawa, dia bingung.
“lho? Kenapa tertawa?”
“tidak, kami hanya lucu melihat tingkah polosmu…” jawab yuuri.
“pr itu lebih seru jika dikerjakan dadakan” sahutku.
“heh! Dasar onii, ngajarin ajaran sesat.”
Percakapan kami dilanjutkan di kafe. Hana, yuuri dan seul ki memesan jajangmyeon. Hanee memesan makanan yang aku tidak tahu apa itu namanya. Sedangkan aku memesan salad.
“onii makan salad? Suka sayuran?” Tanya seul ki.
“iya dongsaeng, aku vegetarian. Cuma bisa makan sayur buah sama ikan.”
“lho? Memangnya ikan bukan daging?” sahut hana.
“aku ngga tau, yang jelas aku Cuma bisa makan itu. Bukan vegetarian ya namanya?”
Mendengarku berkata begitu, mereka tertawa.
Kami sempat berfoto sebelum pulang.  Aku senang sekali hari ini. Sayang sekali hari berlalu dengan cepat, padahal aku masih ingin bersama mereka. Yasudahlah, besok kan kami sudah mulai training. Begitu sampai rumah aku langsung membereskan barang barang yang akan aku bawa besok. Aku tidak sabar untuk memulai training. Aku sempat berpikir, mungkin akan bagus jika aku menuliskan pengalamanku di sebuah jurnal.  Tnapa berpikir panjang, aku pergi menuju toko buku.
“mau kemana?” Tanya hanee sebelum aku meninggalkan rumah.
“aku mau ke toko buku” jawabku.
Karena tak ingin berlama lama, aku berlari. Dan tanpa sengaja menabrak seseorang. Kami terjatuh.
“aduuh.., lain kali kalau jalan lihat yang hati hati..” katanya sambil meringgis kesakitan.
“ma…maafkan aku! Aku tak sengaja.” Aku meminta maaf sambil membungkuk. Aku langsung meninggalkan orang itu tanpa melihat wajahnya.  Meskipun tak melihat wajahnya, aku tahu kalau dia adalah laki laki dari cara berpakaiannya dan suaranya. Dan aku bisa merasakan kalau dia masih memperhatikanku.
Akhirnya aku sampai di toko buku. Aku langsung menuju tempat note book dan langsung membayarnya di kasir. Aku pulang melewati tempat aku bertabrakan dengan orang tadi. Dia sudah tak ada disana. Sebenarnya, aku berharap dia disini karena aku ingin melihat wajahnya.  Aku kepikiran sama orang itu. Aku bertanya Tanya dalam hati.
“kira kira orang tadi siapa ya? Apakah dia benar memperhatikanku terus atau itu hanya perasaanku saja?”

To be continued.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar